Senin, 02 Desember 2013

beach...

"Tahukah kau mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut?
Semata agar kita tahu, dalam perbedaan, ada batas yang membuat mereka tampak indah dipandang" - Rumah di Seribu Ombak, Erwin Arnada.
 
Sebelum aku melihat matahari tenggelam,
Aku hirup dalam-dalam bau asin yang tidak asing
Awan sedang tidak menghalangi matahari
Baru pukul 4 sore, matahari belum mau tenggelam
Sendirian atau berduaan, pantai tidak pernah menjemukan
Cokelat kulitku
Entah warisan entah karena ke pantai keseringan

"...Maybe you're too close to see"
Aku tidak pernah merindukan pantai sampai aku tinggal di daerah pegunungan. Pertama-tama, aku suka melihat pemandangan kota dari atas puncak Batu. Aku bisa melihat lampu-lampu kota menyala dari ketinggian dengan suhu yang dingin. Tapi beberapa waktu kemudian, aku rindukan pantai. Selalu ingin pantai.

Dulunya, kalau suntuk bosan atau jenuh, aku lari ke pantai. Dulu pun aku sama sekali tidak menyadari kalau pantai adalah satu-satunya penghiburku sampai aku tidak menemukan tempat penghibur lain di daerah pegunungan ini. Suntuk sekali.

Memang indah melihat pemandangan dari puncak. Tapi aku lebih tenang jika yang kulihat adalah pantai. Memang romantis suhu dingin dan lampu-lampu kota, tapi aku lebih cinta pada pantai dan terik matahari yang membakar kulit.

Pernah aku ke pantai yang ada di Malang Selatan. Tapi ternyata tidak mengobati kerinduan. Ada iklim yang tidak dapat kutemukan di pantai tersebut. Ada suasana lain yag kucari, yang tidak ada di pantai yang itu. Perlu tiga jam untuk sampai di pantai itu, setelah sampai, lelahku tidak terobati. Lain seperti yang ada di pulauku. Entah kenapa tidak pernah lelah untuk pergi ke pantai dan disana lelah batin selalu terobati setelah menghirup bau asin. Aku ingin sekali ke pantai setiap sore seperti dulu, sendirian atau berduaan.

*ps : "Go on and go free..."