Sabtu, 11 Januari 2014

I Told You So

Aku sering bilang pada teman-temanku, bahwa beberapa lelaki punya trik untuk mendapatkan perempuan yang mereka mau. Aku sering bilang pada teman-temanku, bahwa kita tidak bisa mengandalkan apa yang mereka katakan. Aku juga sering bilang bahwa perempuan punya kuasa atas lelaki--bukan sebagai penguasa, tapi membawa lelaki pada kehidupan yang lebih terarah.

Salah satu teman perempuanku, yang sehari-harinya selalu bersamaku pernah bercerita. Tentang seorang lelaki yang pernah hidup beberapa lama dalam hidupnya. Mereka lewati banyak kenangan, mereka lalui banyak masalah. Tapi akhirnya lelaki itu menambatkan hatinya pada perempuan lain. Hanya katanya, karena dia tidak bisa berada jauh dari teman perempuanku itu.
Menanggapi hal seperti ini, aku juga bingung. Maunya ku bilang "berarti dia gak serius. yaudah buang aja". Tapi aku tahu perasaan temanku yang dalam. Aku tidak bisa menyuruhnya begitu saja melupakan orang yang bahkan belum mau berjuang untuk menghadapi jarak. Hehe, akhirnya aku bilang "yaudah, gausah dilupain. nikmati sakitnya. kadang-kadang sakit hati itu enak." Tapi dia masih sesenggukan. Entah dengarkan aku atau tidak.
Beberapa waktu kemudian dia datang dan bilang; Memang hidup ini tidak bisa selalu bahagia. Kadang juga sakit hati. Tapi enak juga sakit hati, kalau gak ngerasain itu, kita gak tau rasanya bahagia. Aku diam saja. Dalam hati kubilang; itu yang kumaksud waktu kemarin kau menangis, bodoh. Tapi kusayangi temanku itu. Dia memang kadang suka tidak benar-benar mendengarkan.

Ada lagi temanku yang lain. Yang memuja kesetiaan lebih dari apapun. Dari situ, aku bisa tahu tanpa diberitahu bahwa dia belum sering pacaran. Dan memang begitulah adanya. Suatu waktu, aku bercanda asal didepannya, bilang kalau kakak tingkat itu tampan dan akan kuajak kenalan. Dia tanggapi dengan serius lalu bilang "ih kamu nih kan sudah punya pacar". Lalu ku candai lagi "kan pacarku gak tau. Paling dia juga kayak gitu, kan biar sama hehehe". Anak ini polos, dia terima saja apa yang ku bilang tanpa tahu bahwa aku memang selalu suka asal omong. Dan menurutku, ini memang benar-benar candaan karena tidak mungkin aku ajak kakak tingkat itu kenalan tiba-tiba dan memang tidak ada cewek waras yang mau melakukannya dan aku masih agak waras haha, atau mukaku yang terlewat serius? haha entahlah. Yang pasti, akulah yang benar-benar tahu kapan aku becanda dan kapan aku benar-benar serius. Lalu kubilang padanya, "kita gausah terlalu kelihatan baik. kita juga perlu licik supaya gak di-licik-kan. Dia jawab "ih jahatnya". Aku diam saja.

Beberapa waktu kemudian, dia alami kejadian yang tidak pernah dia harapkan. Dia akhirnya tahu, bahwa dia terlalu baik pada orang yang sangat dia cintai. Dia terlalu jujur, dia terlalu setia, dia terlalu manis sehingga dia banyak kecewa. Dia datang padaku dan berkata "ternyata kita memang harus agak licik". Ku tambahkan "bukan licik untuk membalas, tapi licik untuk beritahu bahwa dia jahat dan supaya dia tidak jahat lagi. licik bukan berarti jahat". Mungkin kali ini dia dengarkan aku carefully. hehehe

Aku tidak pernah bawa temanku pada cara-caraku yang jelek. Ku ajak mereka ke jalan yang supaya mereka tidak banyak kecewa, tapi pakai cara bersih. haha perempuan harus lihai.
Tapi kadang beberapa temanku tidak benar-benar mendengarkan. Atau kadang salah menafsirkan.
Dan, bukan hanya mereka, kadang aku juga tidak benar-benar mendengarkan...
Karena itulah aku butuh teman-temanku. Supaya kami saling mengingatkan dan saling menghibur.

*ps: Entah kenapa orang sering salah tanggap, mereka bingung kapan aku becanda dan kapan aku serius haha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar